Oleh: Relawan Cahaya Bekasi
Kami, Relawan Cahaya Bekasi, ingin menegaskan kepada seluruh masyarakat bahwa kami bukan kelompok yang anti kritik. Justru, sebagai warga Kabupaten Bekasi yang peduli terhadap kemajuan dan perbaikan daerah, kami membuka ruang selebar-lebarnya untuk kritik yang membangun, faktual, dan disampaikan secara bermartabat.
Namun, baru-baru ini kami dikejutkan dengan beredarnya poster ajakan aksi yang menampilkan foto Bupati Bekasi dengan matanya ditutup lakban hitam. Sebuah visualisasi yang sangat disayangkan karena mengandung unsur penghinaan simbolik terhadap kepala daerah, yang notabene adalah marwah Kabupaten Bekasi itu sendiri.
Menutup mata seorang bupati dalam sebuah poster aksi, apalagi dengan lakban hitam, bukanlah representasi dari kritik cerdas. Itu adalah simbol pembungkaman, delegitimasi, dan pelecehan terhadap lembaga pemerintahan lokal. Alih-alih memperjuangkan perubahan, aksi semacam ini justru memperkeruh suasana dan mengarahkan opini publik pada narasi kebencian.
Kami tidak menolak kritik. Tapi…
Kami justru mendorong kritik dan kontrol sosial. Namun, perlu ditegaskan: kritik bukan berarti bebas menghina. Dalam ruang demokrasi, kritik disampaikan dengan argumen, data, dan solusi alternatif, bukan dengan memvisualkan penghinaan terhadap simbol pemerintahan.
Bantahan atas Simbolisasi dalam Poster
- Menutup mata dengan lakban = Menuduh Bupati Bekasi buta terhadap keadaan.
→ Fakta: Bupati Bekasi saat ini membuka banyak kanal pengaduan, dari audiensi terbuka hingga pelayanan digital. Jika ada kritik substansi, sampaikan secara prosedural. - Menampilkan gambar seperti itu = Bagian dari kebebasan berekspresi.
→ Fakta: Pasal 28J UUD 1945 menegaskan bahwa kebebasan setiap warga dibatasi oleh hak orang lain dan norma hukum. Terlebih lagi, Pasal 310 KUHP melarang penghinaan terhadap individu, termasuk pejabat publik. - Poster itu sah karena bentuk protes.
→ Kami bertanya: apakah protes tanpa etika layak ditoleransi? Apakah menghina wajah pemimpin daerah akan mempercepat perubahan?
Sebagai masyarakat Bekasi, mari kita jaga marwah daerah ini. Kritik boleh, tapi jangan sampai kita merusak citra Bekasi hanya demi kepentingan segelintir orang atau kelompok.
Kami menyerukan agar seluruh elemen masyarakat lebih cerdas dalam menyampaikan aspirasi. Mari kita jadikan Bekasi sebagai daerah yang maju dalam demokrasi, unggul dalam budaya, dan santun dalam menyuarakan perubahan.
Bekasi tidak butuh penghinaan. Bekasi butuh perbaikan yang nyata.
(Team Media Edukadi.com)