edukadi.com – Sumut – Delegasi dari 15 Negara anggota G-20 telah mengkonfirmasi untuk hadir langsung di Forum Internasional Women 20 (W20) Summit di Kabupaten Toba yang akan dilaksanakan pada tanggal 18-21 Juli 2022.
Pertemuan ini akan membahas isu kesetaraan gender, pembangunan perempuan, pertumbuhan inklusif, wanita pedesaan dan disabilitas, serta kerja sama ekonomi.
Pertemuan ini juga menjadi momentum mengembalikan mata dunia ke kawasan Danau Toba sebagai destinasi pariwisata.
Pelaksanaan W20 itu mendapat dukungan dari salah satu aktivis pecinta Danau Toba, Sebastian Hutabarat, Minggu (17/7/2022). Menurutnya, kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan kunjungan para wisatawan ke kawasan Danau Toba.
“Pertemuan W20 ini dapat bermanfaat dan dapat mengangkat kawasan Danau Toba menjadi lebih dikenal oleh mancanegara. Perlu disyukuri pemilihan tempat pertemuan W20 ini, pemerintah memilih di kawasan Danau Toba demi untuk memajukan destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia,” paparnya.
Terkait pertemuan W20 salah satunya membahas kesetaraan gender dalam pembangunan perempuan, sehingga perlu diberdayakan keberadaannya dan tidak luput juga dari perkembangan destinasi pariwisata di kawasan Danau Toba dalam meningkatkan kesetaraan di masyarakat, khususnya budaya Batak Toba.
“Seperti perlu kita ketahui, sering terjadi kekerasan terhadap perempuan dan pelecehan seksual di lingkungan kehidupan masyarakat. Hal ini tidak dapat dibiarkan dan harus diangkat ke permukaan demi untuk mengetahui permasalahannya dimana dan solusinya bagaimana,” tukas Sebastian.
Dia juga menyampaikan,kemajuan pariwisata tidak luput dari pelestarian alam dan budaya. Sebastian menyampaiakn, ketika alam yang indah pasti sangat mendukung sebagai data tarik bagi wisatawan. Begitu juga budaya perlu dilestarikan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Bahkan pemerintah juga harus lebih memperhatikan tentang kerusakan lingkungan di kawasan Danau Toba, seperti yang diakibatkan Keramba Jaring Apung (KJA) milik perusahaan asing dan penebangan pohon yang secara signifikan tanpa ada penegakan hukum,” kata Sebastian mengakhiri.