https://picasion.com/
NEWS  

Opini Publik: Kenalilah Sejarah Oleh: Ir. Syarifuddin Adek


EDUKADI NEWS – 06 Desember 2025 Ir. Syarifuddin Adek, lulusan Sespim Tingkat II Kelas E Angkatan XII, 9 Juli 2004, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya memahami sejarah untuk menata kehidupan berbangsa. Ia menegaskan bahwa sejak Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dibacakan Ir. Soekarno atas nama Bangsa Indonesia, semangat perjuangan sebenarnya berakar dari dorongan kaum muda serta gagasan tokoh besar Tan Malaka, putra Nagari Koto Tinggi, Suliki, Payakumbuh, Sumatera Barat.

Tan Malaka—yang disebut sebagai Bapak Republik oleh sebagian kalangan karena ide-ide kemerdekaannya sejak era 1920-an—membawa gagasan kemerdekaan bukan hanya di Nusantara, tetapi menggema hingga ke berbagai belahan dunia. Ia pernah menyampaikan bahwa kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, melainkan pintu untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, damai, dan sejahtera, dengan memanfaatkan sumber daya alam secara mandiri dan bergotong-royong.

“Delapan puluh tahun bangsa ini merdeka, namun bagaimana kondisi dan situasi bangsa hari ini?” ujar Ir. Syarifuddin Adek. Ia menilai ironi sejarah begitu nyata, termasuk fakta bahwa Tan Malaka wafat terbunuh oleh sesama anak bangsa.

Menurutnya, sejarah tidak dapat dihapus atau diputarbalikkan karena setiap peristiwa meninggalkan jejak. Presiden Soekarno pun berpesan kepada generasi muda melalui ungkapan Jas Merah—jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Dalam pandangannya, apa yang pernah diingatkan oleh Tan Malaka dan Soekarno kini terlihat nyata: negara memang merdeka, tetapi sebagian rakyat belum benar-benar merasakan kemerdekaan tersebut. Negara, menurutnya, belum sepenuhnya menjalankan fungsi utamanya untuk menyejahterakan kehidupan rakyat. Bahkan ia menilai terdapat gejala “negara dalam negara” yang dapat mengancam kedaulatan NKRI.

Sejarah, katanya, adalah pelajaran tanpa guru. “Alam takambang manjadi guru,” pepatah Minang yang berarti alam yang terbentang adalah sumber pembelajaran. Namun nilai-nilai itu kerap diabaikan.

Ir. Syarifuddin Adek juga mengingatkan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto saat masa kampanye dahulu mengenai kekhawatiran bahwa pada tahun 2030 Indonesia menghadapi ancaman serius. Ia mempertanyakan apakah fenomena yang terjadi di Morowali merupakan bagian dari tanda-tanda tersebut. Ia mendorong agar penegakan hukum diperkuat, terutama dalam memberantas korupsi yang menjadi akar berbagai persoalan bangsa.

“Koruptor jangan ada yang tersisa. Rakyat jangan disakiti dan dimiskinkan oleh konspirasi yang melemahkan dasar negara,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya kembali pada UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Bagi Ir. Syarifuddin Adek, perubahan atau revisi Undang-Undang Dasar tanpa landasan kuat dapat menimbulkan ketidakstabilasi dalam kehidupan bernegara.

Ia turut menyoroti isu-isu kontemporer seperti polemik ijazah pejabat yang ramai dibahas publik. Dari sudut pandangnya, persoalan tersebut idealnya selesai dengan terang benderang. “Jika seseorang bersekolah atau berkuliah dan lulus, tentu ada ijazah. Tunjukkan saja, selesai,” ujarnya.

Di akhir opininya, Ir. Syarifuddin Adek menyampaikan peringatan keras: bangsa yang tidak belajar dari sejarah akan mengulangi kesalahannya sendiri. “Bergurulah kepada sejarah. Kenalilah sejarah. Semoga bermanfaat,” tutupnya.


✍️ Udra – Edukadi News

https://picasion.com/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://picasion.com/